Kontribusi Migas terhadap Penerimaan Negara Terus Menurun



Jawa Portal- Kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam (SDA) minyak dan gas bumi diperkirakan semakin kecil pada tahun-tahun mendatang 
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengatakan, dua penyebab utamanya adalah harga minyak yang belum akan mencapai level seperti dua tiga tahun lalu dan tidak adanya penemuan cadangan baru.

Catatan Kementerian Keuangan, produksi siap jual (lifting) minyak turun 2,2 persen per tahun, sementara lifting gas bumi turun 2 persen per tahun selama 2010-2017.

Namun harga minyak yang jatuh dari level di atas 80-90 dollar AS per barel, menjadi 45 dollar AS per barel betul-betul memukul penerimaan dari sektor migas.

"Kalau dilihat, target PNBP migas dalam APBN 2017 hanya Rp 63,7 triliun. Ini sangat jauh dibandingkan pada saat harga minyak 80-90 dollar AS, yang bisa mencapai Rp 200 triliun," kata Askolani, di Bogor, Jawa Barat (26/11/2016).

Menurut Askolani, terbatasnya penemuan sumber-sumber minyak baru disebabkan lantaran investasi yang belum optimal.

Dikhawatirkan dalam 10 tahun mendatang, cadangan minyak RI akan habis. Akibatnya, kata dia, kontribusi PNBP dari migas menjadi bertambah kecil.

Tahun depan saja, kontribusi PNBP migas terhadap total PNBP sudah turun menjadi hanya 25 persen.
"Untuk menjawab ini tidak mudah. Kami sudah memberikan masukan ke Kementerian ESDM. ESDM harusnya mengupayakan bagaimana supaya investasi untuk penemuan baru minyak bisa dipetakan," kata Askolani.

Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, harga komoditas strategis dunia tahun depan akan membaik namun tidak pada level sebelumnya.

Khusus untuk harga minyak, ada faktor suplai dan permintaan yang masih membuat harganya relatif rendah.
Negara-negara produsen OPEC nampaknya masih akan terus menjaga jumlah produksinya, meski ada ekspektasi pemangkasan produksi.

Di samping itu Venezuela yang saat ini sangat tertekan pasti lebih membutuhkan lagi penerimaan dari migas. Ditambah lagi produk non-minyak, yakni shale gas yang ternyata masih bisa bertahan dengan harga 30-40 dollar AS, di luar perkiraan banyak pihak.

Perekonomian global yang belum pulih juga makin memperlemah permintaan migas. "Saya rasa harga tahun depan akan merefleksikan suplai dan demand, akan relatif stabil di level sekarang ini, 40-45 dollar AS," ucap Ani.